Siang
berganti malam. Bulan telah memancarkan sinar terangnya di atas langit yang
mulai kelam. Saat itu, aku dan adik laki-lakiku sedang bersiap untuk menyantap
makan malam yang telah kubuat dari hasil jerih payahku mengambil jamur di
hutan. Maklum, keluargaku adalah keluarga yang tak berkecukupan. Aku tinggal di
rumah tua dekat hutan Riviera bersama kakak laki-lakiku, Rey dan adik
laki-lakiku, Tom.
Semenjak
kedua orangtuaku meninggal, aku bersama saudara-saudaraku mencari penghidupan
sendiri. Setiap sore, aku mencari jamur di hutan untuk makan malam. Kak Rey
setiap hari pergi ke kota untuk menjual buah dan sayuran dari hasil kebunya.
Sedangkan Tom, ia hanya berjaga di rumah dan biasanya ia membantuku untuk
membersihkan rumah.
Aku
dan Tom menunggu Kak Rey yang tidak kunjung pulang. Padahal, biasanya ia pulang
tepat waktu sebelum makan malam tiba. Setelah menunggu sekian lama, ia akhirnya
tiba di rumah dengan wajah sumringah.
“ Kak, mengapa wajahmu terlihat senang sekali?
Memangnya ada apa?” tanyaku dengan nada heran.
“ Aaa..aah... itu...ehm, gak papa kok.
Sudahlah, nanti saja kakak akan cerita padamu. Kakak laper banget niiihh, makan
dulu yuuk!!” jawab Kak Rey.
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku sambil
tersenyum dan segera aku menyantap makanan yang ada di hadapanku.
Malamnya, aku pergi ke kamar Kak Rey untuk
membahas soal pembicaraan tadi.
“Kak, sebenernya ada apa sih? Kok kakak gak
kayak biasanya? Sikap kakak tadi aneh deh. Jarang-jarang banget senyum
sumringah kayak gitu...” tanyaku dengan penasaran.
“Kamu tau gak apa yang kakak temuin tadi sore?
Kakak tadi nemuin sebuah peta rahasia menuju tambang kristal Riviera!! Dan
ternyata peta itu menunjukkan kalau di kebun kita ternyata ada terowongan bawah
tanah yang dapat mengantarkan kita kesana!!” jawab kakak penuh semangat.
“Aaah.... masa sih kak, bisa aja kan ada orang
usil yang iseng gambar peta harta karun itu??” tanyaku ketus.
“Naaah.... disitu kakak pengen banget nih buktiin
kebenaran peta ini. Besok pagi-pagi, kakak akan coba mencari terowongan itu di
kebun. Apa kau mau ikut dengan kakak?? Tak ada salahnya kan kita mencoba!!”
“Hhhmmm.... bener juga kata kakak. Bisa saja
peta itu terbukti benar. Oke, aku setuju!!”
Keesokan
harinya, aku dan Kak Rey berangkat menuju kebun. Kita sengaja tidak mengajak
Tom agar ia dapat berjaga di rumah. Setelah 3 jam mencari-cari di kebun, kita
sama sekali tidak mendapatkan petunjuk apapun. Aku sempat putus asa dan tak
ingin mencarinya lagi. Saat aku berjalan di ladang jagung, tiba-tiba aku
terperosok jatuh kedalam lubang yang dalam.
“Ooouuchh... tubuhku!!!”
Mendengar suara tersebut, Kak Rey langsung berlari menuju lubang tempat aku terperosok.
“Lunna!! Apa kau tidak apa-apa?? Kakak akan
segera menolongmu!!” tanya Kak Rey dengan nada teriak karena lubang cukup
dalam.
“Disini gelap sekali kak!! Aku tidak bisa
melihat!!” jawabku.
Saat
sedang menunggu pertolongan dari kakak, aku tidak sengaja melihat setitik
cahaya berwarna hijau jauh di dalam lubang. Sepertinya lubang itu mempunyai
terusan menuju tempat entah dimana. Saat itu aku tersadar bahwa terowongan yang
dimaksud Kak Rey mungkin disini.
“Kakak!!Kak Rey!! Cepat kesini, kak!! Aku menemukan
sesuatu!!”
“Ada apa Lun?? Kakak akan segera menyusulmu
disana, tunggu sebentar ya!!”
Setelah beberapa saat, Kak Rey akhirnya dapat
menghampiriku dengan wajah dan tubuh penuh tanah.
“Ada apa Lun?? Apa kamu menemukan sesuatu??”
“Ini yang dimaksud dalam peta itu Kak!! Ini
dia terowongan menuju tambang kristal Riviera.”
“Benarkah?? Aku tidak percaya ini. Ternyata
tambang kristal Riviera itu benar-benar ada!!” jawab Kak Rey dengan gembira.
Kita
berdua lalu menyusuri terowongan itu dengan sebuah lilin yang dibawa kak Rey
dari rumah. Aku mencoba untuk mencari dimana cahaya hijau tadi berasal. Suasana
di sekitar sangat sepi. Hanya ada serangga-serangga kecil yang mondar-mandir
lewat terowongan itu. Setelah cukup jauh menyusuri terowongan itu, kita lalu mamutuskan
untuk beristirahat.
“Kak, aku lapar. Mana makanan yang tadi kita
bawa?”
“Eeee..eem... makanan itu....”
“Kenapa kak?? Jangan bilang kakak tadi
menjatuhkannya waktu masuk terowongan ini!!”
“Ehehehe, maaf ya... kaka tadi gak sengaja
jatuhin makanan itu di tempat masuk terowongan tadi. ”
“Haaaaaah, kakak ini!! Terus kita mau makan
apa dong disini??” jawabku dengan nada kesal dan marah.
“Tenang,,, kakak masih punya sisa makanan yang
ada di kantong celana kakak. Kamu makan ini aja.”
“Iiiuuuhh.. jijik aah. ”
Dengan
terpaksa karena lapar, akhirnya aku memutuskan untuk memakannya. Sedangkan
kakakku hanya bisa memegangi perutnya saja karena kelaparan. Setelah itu, kita tidak
sengaja tertidur hingga hari esok tiba. Kita lalu melanjutkan petualangan
hingga akhirnya kita terhenti di sebuah pintu besar nan kuat.
“Waaahhh, coba kakak lihat pintu ini. Besar
sekali!! Sepertinya didalam pintu ini tersimpan benda penting.”
“Bener,Lun. Eh, kamu lihat gak?? Ditengah
pintu terdapat simbol aneh. Mungkin simbol itu merupakan petunjuk untuk membuka
pintu ini!!”
“Iya juga ya. Tapi sepertinya pintu ini jarang
dibuka. Apa pintu ini hanya bisa dibuka oleh orang-orang yang mengetahui
kodenya??”
“Eh, coba lihat sini deh. Simbol itu sama
dengan simbol yang ada di belakang peta ini.”
Setelah
lama mencari petunjuk untuk membuka pintu tersebut, akhirnya pintu itu dapat
dibuka. Betapa terkejutnya ketika kita melihat ribuan kristal hijau berkilauan
terkena cahaya yang entah darimana datangnya. Tetapi, yang paling membuatku
tercengang ketika aku melihat sebuah pedang yang terbuat dari perpaduan antara
kristal hijau dengan hitam yang menancap kuat di tanah.
Kak
Rey lalu mencoba untuk mencabut pedang itu dari tanah, tetapi ia tidak kuat
untuk mencabutnya. Sepertinya pedang itu hanya bisa dicabut dengan orang yang
mempunyai kekuatan lebih. Lalu aku mencoba untuk mencabut pedang itu. Tanpa
disangka, pedang itu bisa kucabut dari tanah. Aku terheran dan bertanya-tanya
mengapa pedang ini hanya bisa dicabut olehku. Padahal kekuatan dan tenaga Kak
Rey lebih besar daripada aku yang bertubuh mungil ini.
Setelah
pedang itu kucabut, tiba-tiba terjadi guncangan besar di dalam tambang kristal.
Tubuh kita menjadi tidak seimbang dan sulit untuk bediri. Guncangan itu akhirnya
reda juga, tetapi masalah baru muncul kembali. Terlihat seekor monster raksasa
muncul dari dalam tanah yang sepertinya akan menyerang kita.
“Hhheeei anak kecil!! Berani-beraninya kau
mencabut pedang pusaka milikku ini!! Kau sudah membangunkanku dari tidur
panjangku!! Mati kauu!!” kata monster itu dengan marah.
Spontan saja aku menjerit ketakutan sambil
membawa pedang pusaka itu. Aku tidak percaya bahwa kejadiannya akan seperti
ini. Tapi, dengan keyakinan dan keberanian, kakakku mencoba untuk mengalihkan
perhatian monster itu agar tidak menyerangku.
“Lunna!! Cepat tancapkan pedang itu ke mata
monster mengerikan ini. Hanya pedang itu satu-satunya senjata yang dapat
menyelamatkan kita!! Kakak akan mengalihkan perhatiannya!!”
“Baiklah kak. Aku mengerti!!”
Dengan
sigap aku lalu berlari menuju belakang monster itu dan menaiki punggungnya.
Monster itu mengibas-ngibaskan ekornya dan memberontak. Kak Rey melempari kristal
ke badan monster itu. Aku terjatuh dari monster dan aku mencoba untuk menaiki
monster itu lagi. Setelah berhasil menaiki punggungnya, kemudian aku
menancapkan pedang pusaka itu ke mata monster. Monster tersebut meraung
kesakitan, lalu berubah bentuk menjadi padatan tanah yang kemudian hancur. Aku
dan Kak Rey tidak percaya bisa mengalahkan monster itu.
Aku
melihat sesuatu yang berkilau dari tempat monster itu hancur. Ternyata itu
adalah sebuah kalung kristal cantik berwana hijau terang dan sebuah kunci emas
ukiran. Kemudian aku mengambilnya dan menyimpannya dalam saku bajuku. Kak Rey
lalu menemukan jalan keluar dari terowongan itu. Terdapat sebuah pintu kecil
yang memiliki ukiran cantik.
“Lun, coba pasangkan kunci emasmu ke pintu
ini. Siapa tau pintu ini bisa dibuka.” kata Kak Rey
Aku
memasangkan kunci ini ke pintu cantik itu, kemudian cklekk... Pintu itu bisa
dibuka dan akhirnya kita dapat keluar dari tambang emas itu. Pintu itu
mengantarkan kami ke hutan Riviera tengah. Kita akhirnya pulang dengan selamat
dan gembira~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar