Senin, 06 Mei 2013

Mystery of Riviera




        Siang berganti malam. Bulan telah memancarkan sinar terangnya di atas langit yang mulai kelam. Saat itu, aku dan adik laki-lakiku sedang bersiap untuk menyantap makan malam yang telah kubuat dari hasil jerih payahku mengambil jamur di hutan. Maklum, keluargaku adalah keluarga yang tak berkecukupan. Aku tinggal di rumah tua dekat hutan Riviera bersama kakak laki-lakiku, Rey dan adik laki-lakiku, Tom.
        Semenjak kedua orangtuaku meninggal, aku bersama saudara-saudaraku mencari penghidupan sendiri. Setiap sore, aku mencari jamur di hutan untuk makan malam. Kak Rey setiap hari pergi ke kota untuk menjual buah dan sayuran dari hasil kebunya. Sedangkan Tom, ia hanya berjaga di rumah dan biasanya ia membantuku untuk membersihkan rumah.
        Aku dan Tom menunggu Kak Rey yang tidak kunjung pulang. Padahal, biasanya ia pulang tepat waktu sebelum makan malam tiba. Setelah menunggu sekian lama, ia akhirnya tiba di rumah dengan wajah sumringah.
“ Kak, mengapa wajahmu terlihat senang sekali? Memangnya ada apa?” tanyaku dengan nada heran.
“ Aaa..aah... itu...ehm, gak papa kok. Sudahlah, nanti saja kakak akan cerita padamu. Kakak laper banget niiihh, makan dulu yuuk!!” jawab Kak Rey.
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku sambil tersenyum dan segera aku menyantap makanan yang ada  di hadapanku.
Malamnya, aku pergi ke kamar Kak Rey untuk membahas soal pembicaraan tadi.
“Kak, sebenernya ada apa sih? Kok kakak gak kayak biasanya? Sikap kakak tadi aneh deh. Jarang-jarang banget senyum sumringah kayak gitu...” tanyaku dengan penasaran.
“Kamu tau gak apa yang kakak temuin tadi sore? Kakak tadi nemuin sebuah peta rahasia menuju tambang kristal Riviera!! Dan ternyata peta itu menunjukkan kalau di kebun kita ternyata ada terowongan bawah tanah yang dapat mengantarkan kita kesana!!” jawab kakak penuh semangat.
“Aaah.... masa sih kak, bisa aja kan ada orang usil yang iseng gambar peta harta karun itu??” tanyaku ketus.
“Naaah.... disitu kakak pengen banget nih buktiin kebenaran peta ini. Besok pagi-pagi, kakak akan coba mencari terowongan itu di kebun. Apa kau mau ikut dengan kakak?? Tak ada salahnya kan kita mencoba!!”
“Hhhmmm.... bener juga kata kakak. Bisa saja peta itu terbukti benar. Oke, aku setuju!!”
        Keesokan harinya, aku dan Kak Rey berangkat menuju kebun. Kita sengaja tidak mengajak Tom agar ia dapat berjaga di rumah. Setelah 3 jam mencari-cari di kebun, kita sama sekali tidak mendapatkan petunjuk apapun. Aku sempat putus asa dan tak ingin mencarinya lagi. Saat aku berjalan di ladang jagung, tiba-tiba aku terperosok jatuh kedalam lubang yang dalam.
“Ooouuchh... tubuhku!!!”
Mendengar suara tersebut, Kak Rey  langsung berlari menuju lubang tempat aku terperosok.
“Lunna!! Apa kau tidak apa-apa?? Kakak akan segera menolongmu!!” tanya Kak Rey dengan nada teriak karena lubang cukup dalam.
“Disini gelap sekali kak!! Aku tidak bisa melihat!!” jawabku.
        Saat sedang menunggu pertolongan dari kakak, aku tidak sengaja melihat setitik cahaya berwarna hijau jauh di dalam lubang. Sepertinya lubang itu mempunyai terusan menuju tempat entah dimana. Saat itu aku tersadar bahwa terowongan yang dimaksud Kak Rey mungkin disini.
“Kakak!!Kak Rey!! Cepat kesini, kak!! Aku menemukan sesuatu!!”
“Ada apa Lun?? Kakak akan segera menyusulmu disana, tunggu sebentar ya!!”
Setelah beberapa saat, Kak Rey akhirnya dapat menghampiriku dengan wajah dan tubuh penuh tanah.
“Ada apa Lun?? Apa kamu menemukan sesuatu??”
“Ini yang dimaksud dalam peta itu Kak!! Ini dia terowongan menuju tambang kristal Riviera.”
“Benarkah?? Aku tidak percaya ini. Ternyata tambang kristal Riviera itu benar-benar ada!!” jawab Kak Rey dengan gembira.
        Kita berdua lalu menyusuri terowongan itu dengan sebuah lilin yang dibawa kak Rey dari rumah. Aku mencoba untuk mencari dimana cahaya hijau tadi berasal. Suasana di sekitar sangat sepi. Hanya ada serangga-serangga kecil yang mondar-mandir lewat terowongan itu. Setelah cukup jauh menyusuri terowongan itu, kita lalu mamutuskan untuk beristirahat.
“Kak, aku lapar. Mana makanan yang tadi kita bawa?”
“Eeee..eem... makanan itu....”
“Kenapa kak?? Jangan bilang kakak tadi menjatuhkannya waktu masuk terowongan ini!!”
“Ehehehe, maaf ya... kaka tadi gak sengaja jatuhin makanan itu di tempat masuk terowongan tadi. ”
“Haaaaaah, kakak ini!! Terus kita mau makan apa dong disini??” jawabku dengan nada kesal dan marah.
“Tenang,,, kakak masih punya sisa makanan yang ada di kantong celana kakak. Kamu makan ini aja.”
“Iiiuuuhh.. jijik aah. ”
        Dengan terpaksa karena lapar, akhirnya aku memutuskan untuk memakannya. Sedangkan kakakku hanya bisa memegangi perutnya  saja karena kelaparan. Setelah itu, kita tidak sengaja tertidur hingga hari esok tiba. Kita lalu melanjutkan petualangan hingga akhirnya kita terhenti di sebuah pintu besar nan kuat.
“Waaahhh, coba kakak lihat pintu ini. Besar sekali!! Sepertinya didalam pintu ini tersimpan benda penting.”
“Bener,Lun. Eh, kamu lihat gak?? Ditengah pintu terdapat simbol aneh. Mungkin simbol itu merupakan petunjuk untuk membuka pintu ini!!”
“Iya juga ya. Tapi sepertinya pintu ini jarang dibuka. Apa pintu ini hanya bisa dibuka oleh orang-orang yang mengetahui kodenya??”
“Eh, coba lihat sini deh. Simbol itu sama dengan simbol yang ada di belakang peta ini.”
        Setelah lama mencari petunjuk untuk membuka pintu tersebut, akhirnya pintu itu dapat dibuka. Betapa terkejutnya ketika kita melihat ribuan kristal hijau berkilauan terkena cahaya yang entah darimana datangnya. Tetapi, yang paling membuatku tercengang ketika aku melihat sebuah pedang yang terbuat dari perpaduan antara kristal hijau dengan hitam yang menancap kuat di tanah.
        Kak Rey lalu mencoba untuk mencabut pedang itu dari tanah, tetapi ia tidak kuat untuk mencabutnya. Sepertinya pedang itu hanya bisa dicabut dengan orang yang mempunyai kekuatan lebih. Lalu aku mencoba untuk mencabut pedang itu. Tanpa disangka, pedang itu bisa kucabut dari tanah. Aku terheran dan bertanya-tanya mengapa pedang ini hanya bisa dicabut olehku. Padahal kekuatan dan tenaga Kak Rey lebih besar daripada aku yang bertubuh mungil ini.
        Setelah pedang itu kucabut, tiba-tiba terjadi guncangan besar di dalam tambang kristal. Tubuh kita menjadi tidak seimbang dan sulit untuk bediri. Guncangan itu akhirnya reda juga, tetapi masalah baru muncul kembali. Terlihat seekor monster raksasa muncul dari dalam tanah yang sepertinya akan menyerang kita.
“Hhheeei anak kecil!! Berani-beraninya kau mencabut pedang pusaka milikku ini!! Kau sudah membangunkanku dari tidur panjangku!! Mati kauu!!” kata monster itu dengan marah.
Spontan saja aku menjerit ketakutan sambil membawa pedang pusaka itu. Aku tidak percaya bahwa kejadiannya akan seperti ini. Tapi, dengan keyakinan dan keberanian, kakakku mencoba untuk mengalihkan perhatian monster itu agar tidak menyerangku.
“Lunna!! Cepat tancapkan pedang itu ke mata monster mengerikan ini. Hanya pedang itu satu-satunya senjata yang dapat menyelamatkan kita!! Kakak akan mengalihkan perhatiannya!!”
“Baiklah kak. Aku mengerti!!”
        Dengan sigap aku lalu berlari menuju belakang monster itu dan menaiki punggungnya. Monster itu mengibas-ngibaskan ekornya dan memberontak. Kak Rey melempari kristal ke badan monster itu. Aku terjatuh dari monster dan aku mencoba untuk menaiki monster itu lagi. Setelah berhasil menaiki punggungnya, kemudian aku menancapkan pedang pusaka itu ke mata monster. Monster tersebut meraung kesakitan, lalu berubah bentuk menjadi padatan tanah yang kemudian hancur. Aku dan Kak Rey tidak percaya bisa mengalahkan monster itu.
        Aku melihat sesuatu yang berkilau dari tempat monster itu hancur. Ternyata itu adalah sebuah kalung kristal cantik berwana hijau terang dan sebuah kunci emas ukiran. Kemudian aku mengambilnya dan menyimpannya dalam saku bajuku. Kak Rey lalu menemukan jalan keluar dari terowongan itu. Terdapat sebuah pintu kecil yang memiliki ukiran cantik.
“Lun, coba pasangkan kunci emasmu ke pintu ini. Siapa tau pintu ini bisa dibuka.” kata Kak Rey
        Aku memasangkan kunci ini ke pintu cantik itu, kemudian cklekk... Pintu itu bisa dibuka dan akhirnya kita dapat keluar dari tambang emas itu. Pintu itu mengantarkan kami ke hutan Riviera tengah. Kita akhirnya pulang dengan selamat dan gembira~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar